“…Dan para malaikat masuk kepada tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan); keselamatan atas kalian berkat kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d [13]:23-24)

Sunday, April 11, 2010

Zainab al Kubra

Oleh: Fatimah
Zainab al Kubra merupakan seorang wanita cucu Rasulullah saw, yang dalam sejarahnya dicatat begitu tabah serta tetap tegar dalam menghadapi ujian dan cubaan, demi memelihara kemuliaan dari garisan keturunan Rasulullah saw.

Menulis tentang Siti Fatimah az-Zahra dengan meninggalkan begitu saja kedua puterinya, rasanya memang kurang afdhal. Apalagi kalau yang dibicarakan itu menyangkut puterinya yang bernama Zainab al-Kubra. Ia tercatat dalam sejarah Islam sebagai wanita yang tabah dan gagah berani.

Seperti diketahui, di samping kedua puteranya yang termasyhur itu, dalam perkawinannya dengan Imam Ali Abi Thalib, Sitti Fatimah az-Zahra juga diberkahi oleh Allah s.w.t. dengan dua orang puteri. Mereka itu adalah Zainab al-Kubra dan Zainab ash-Sugra. Bersama dengan al-Hasan dan al-Husain, kedua wanita itu sudah sejak masa anak-anak ditinggalkan untuk selamalamanya oleh ibundanya.

Dalam usia yang masih muda sekali ini, sesaat sebelum wafat Siti Fatimah telah berpesan khusus kepada Zainab al-Kubra agar ia menjaga baik-baik kedua saudara lelakinya itu.

Memang, beban yang terberat bagi Siti Fatimah az-Zahra sebelum meninggal dunia rupanya adalah keempat anaknya yang masih kecil-kecil itu. Dikisahkan bahawa sesaat sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir Siti Fatimah az-Zahra tak dapat menahan kepedihan hatinya. Ia harus memenuhi panggilan Ilahi pada usia yang begitu muda, 28 tahun. Sedangkan anak-anaknya belum satu pun yang mencapai usia sepuluh tahun.

Sesudah itu pada usia masih remaja, bahkan masih anak-anak, Zainab al-Kubra sudah diserahkan tanggung jawab untuk menjaga adik-adik dan merawat kakak-kakaknya. Tidak banyak yang boleh diungkapkan mengenai peranan masa anak-anak yang dilakukan oleh kedua puteri Siti Fatimah az-Zahra itu. Riwayat-riwayat hanya mengungkapkan kehidupan dan perkembangan al Hasan dan al Husain.

Hal ini tidak perlu dihairankan, kerana dunia kehidupan Arab yang keras jarang sekali mengedepankan peranan seorang wanita. Jadi walaupun Zainab al-Kubra dan Zainab ash Sugra termasuk dalam lingkungan keluarga sangat mulia nama mereka jarang sekali ditonjolkan.

Baru beberapa tahun kemudian setelah Zainab al-Kubra meningkat remaja, maka peranannya diungkapkan oleh para periwayat. Sejarah akhirnya mencatat namanya dan mengakui peranan penting yang dijalankan oleh Zainab al-Kubra dalam melindungi kesinambungan generasi penerus keluarga Rasulullah saw.

Bagaimana pun juga, walau Zainab alKubra seorang wanita, tetapi ada darah kemuliaan dan kesucian yang mengalir dalam tubuhnya. Sejak masa anak-anak ia telah turut memikul tanggung jawab kehidupan rumah tangga Imam Ali Abi Thalib yang ditinggal wafat oleh Siti Fatimah az-Zahra.

Zainab al-Kubra dengan tekun dan tabah melaksanakan amanat yang ditinggalkan oleh bondanya sesaat sebelum wafat. Dengan penuh tanggung awab dirawatnya adik-adik dan kedua kakaknya itu. Boleh dikatakan ia tak pernah berpisah jauh dari kedua saudara lelakinya itu.

Tidak ada pengungkapan mengenai kelanjutan kehidupan Zainab ash-Sugra. Sedangkan tentang Zainab al-Kubra justru makin menonjol setelah al-Husain syahid di Karbala.

Wanita inilah pada usia sudah lebih setengah abad tanpa mengebal gentar sedikit pun sedia mati untuk menyelamatkan keturunan langsung Rasulullah saw. Ia menjadi saksi hidup tentang seksaan yang dialami oleh saudara lelakinya itu sampai al-Husain syahid dengan gagah berani.

0 comments:

Post a Comment

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More